Pengolahan Limbah Cair, Metode Pengolahan Limbah Cair
5 minute read
Pada artikel sebelumnya kami sudah membahas tentang
pengolahan limbah tumbuhan dan pada artikel ini kami akan memberikan informasi
mengenai penanganan limbah cair. Seiring dengan perkembangan tekonoli yang
semakin berkembang, pengolahan limbah semakin modern. Begitu juga dengan
pengolahan limbah cair, langkah-langkah yang digunakan dalam proses pengolahan
limbah cair yang telah dilakukan sangat beragam metode dan caranya. Pada limbah
cair dengan polutan yang terkadung berbeda memiliki kemungkinan serta
membutuhkan proses pengolahan yang berbeda juga. Cara Mengolah limbah diaplikasikan
secara keseluruhan, dengan mencampur beberapa proses atau hanya salah satu.
Proses pengolahan limbah cair tersebut juga dapat dirubah sesuai dengan
kebutuhan atau faktor finansial.
![]() |
Pengolahan Limbah Cair, Metode Pengolahan Limbah Cair |
Primary Treatment - Pengolahan Primer
Cara pertama mengolahan limbah cair sebagian besar merupakan
proses pengolahan secara fisika.
A. Penyaringan
(Screening)
Langkah Pertama, limbah cair yang mengalir melewati saluran
pembuangan dipisahkan menggunakan jeruji saring. Cara ini disebut penyaringan. Cara penyaringan lebih banyak dipakai karena
merupakan proses yang efisien dan murah untuk memisahkan bahan-bahan padat
berukuran besar dari air limbah.
B. Pengolahan
Awal (Pretreatment)
Langkah Kedua, limbah cair yang telah dipisahkan kemudian
dimasukkan kedalam tangki atau bak yang berfungsi untuk memilah antara pasir
dan partikel padat teruspensi lain yang berukuran relatif besar. Wadah atau Tangki
bisasanya dalam bahasa inggris disebut
grit chamber dan proses dan cara kerjanya adalah dengan memperlambat laju air
limbah sehingga partikel-partikel pasir jatuh ke dasar tangki sementara air
limbah terus dialirkan untuk proses selanjutnya.
C. Pengendapan
Setelah melewati langkah pengolahan awal, limbah cair akan dimasukkan
pada tangki atau bak pengendapan. Cara pengendapan adalah cara pengolahan utama
dan yang paling banyak dipakai pada langkah pengolahan pertama atau primer
limbah cair. Pada wadah ada bak pengendapan, limbah cair didiamkan agar
partikel yang berbentuk padat yang tersuspensi dalam air limbah dapat mengendap
ke dasar tangki. Enadapan partikel tersebut akan membentuk lumpur yang kemudian
akan dipisahkan dari air limbah ke saluran lain untuk diolah ke tahapan
selanjutnya. Selain metode pengendapan, juga disebut metode pengapungan
(Floation).
D. Pengapungan
(Floation)
Cara seperti ini lebih efektif digunakan untuk memisahkan
polutan berupa minyak atau lemak. Proses pengapungan dilakukan dengan
menggunakan bahan yang dapat menghasilkan gelembung- gelembung udara berukuran
kecil kurang lebih 30 sampai
120 mikron). Gelembung udara yang terbentuk akan memisahkan partikel minyak dan
lemak ke permukaan air limbah sehingga kemudian dapat dipisahkan.
Apabila kandungan limbah cair hanya berupa polutan yang dapat
disingkirkan melalui proses pengolahan primer, maka limbah cair yang telah dilakukan
proses pengolahan primer tersebut dapat langsung dialirkan kelingkungan air
yang ada dialam (perairan). Namun, apabila limbah cair tersebut masih
mengandung polutan yang lain yang sulit dipisahkan melalui proses tersebut,
misalnya dapat berpotensi penyebab penyakit atau senyawa organik dan anorganik
terlarut, maka limbah cair tersebut perlu disalurkan ke proses pengolahan tahap
berikutnya.
2. Pengolahan
Sekunder (Secondary Treatment)
Langkah pengolahan sekunder adalah tahapan pengolahan secara
biologis, yaitu dengan melibatkan mikroorganisme yang dapat membantu mengurai
atau dapat mendegradasi bahan organik. Mikroorganisme yang digunakan umumnya
adalah bakteri aerob.
Ada 3 cara pengolahan secara biologis yang biasanya digunakan
yaitu metode penyaringan dengan menggunakan tetesan (trickling filter), metode
lumpur aktif (activated sludge), dan metode kolam perlakuan (treatment ponds /
lagoons) .
a. Metode
Trickling Filter
Pada langkah atau cara yang pertama, bakteri aerob yang dipakai
untuk mendegradasi bahan organik melekat dan tumbuh pada suatu lapisan media
kasar, biasanya berupa pecahan batu atau plastik, dengan dengan ketebalan kurang
lebih 1- 3 m. limbah cair kemudian disemprotkan pada permukaan media dan
dibiarkan meresap melewati media tersebut. Selama proses peresapan, bahan
organik yang terdapat dalam limbah akan didegradasi oleh bakteri aerob. Setelah
meresap sampai pada dasar lapisan media, limbah akan menetes ke suatu bak
penampung dan kemudian disalurkan ke tangki pengendapan.
Dalam tangki pengendapan, limbah kembali melalui proses
pengendapan untuk memisahkan partikel berbentuk padat tersuspensi dan
mikroorganisme dari air limbah. Endapan yang terjadi akan mengalami proses
pengolahan limbah pada tahap selanjutnya, sedangkan air limbah akan dibuang ke air
yang terdapat dilingkungan atau disalurkan ke tahap pengolahan selanjutnya jika
masih diperlukan
b. Metode
Activated Sludge
Menggunakan cara activated sludge atau lumpur aktif, limbah
cair alirkan pada sebuah bak dan didalamnya limbah dicampur dengan lumpur yang mengandung
banyak bakteri aerob. Proses degradasi berlangsung didalam tangki memerlukan
waktu beberapa jam, dibantu dengan pemberian gelembung-gelembung udara aerasi
(pemberian oksigen). Prsoses Aerasi dapat menambah proses kerja bakteri dalam
mendegradasi limbah. Selanjutnya, limbah disalurkan ke wadah pengendapan untuk
mengalami proses pengendapan, sementara lumpur yang mengandung bakteri aerob
dialirkan kembali ke tangki aerasi. Seperti pada metode trickling filter,
limbah yang telah melalui proses ini dapat dibuang ke lingkungan atau diproses
lebih lanjut jika masih dperlukan.
c. Metode
Treatment ponds atau Lagoons
Penggunaan cara treatment ponds atau lagoons atau kolam
perlakuan merupakan cara yang murah namun prosesnya berlangsung relatif lama.
Pada langkah-langkah ini, limbah cair ditempatkan dalam kolam-kolam yang terbuka.
Algae yang tumbuh dipermukaan kolam akan berfotosintesis menghasilkan oksigen-oksigen.
Oksigen yang dihasilkan kemudian digunakan oleh bakteri aero untuk proses
penguraian atau degradasi bahan organik dalam limbah. Cara seperti ini,
terkadang kolam juga diaerasi. Selama proses degradasi yang terjadi di kolam,
limbah juga akan mengalami proses pengendapan. Setelah limbah terdegradasi dan membentuk
endapan-endapan didasar kolam, air limbah dapat dialirkan untuk dibuang ke air
yang berada dilingkungan atau diolah
lebih lanjut.
3. Pengolahan Tersier
(Tertiary Treatment)
Metode tersier
dilakukan apabila sudah melalui pengolahan primer dan sekunder masih terdapat
zat-zat tertentu pada limbah cair yang dapat membahayakan terhadap lingkungan
sekitar atau masyarakat. Metode tersier bersifat khusus, artinya penggunaan
cara ini disesuaikan dengan kandungan zat yang terdapat dalam limbah cair. Biasanya
zat yang tidak dapat dihilangkan sepenuhnya melalui proses pengolahan primer
maupun sekunder adalah zat anorganik terlarut, seperti fosfat, nitrat, dan
garam.
Metode tersier sering disebut pengolahan lanjutan (advanced
treatment). Tahapan ini meliputi berbagai proses secara kimia dan fisika.
Contoh cara pengolahan tersier yang dapat digunakan adalah metode saringan
multimedia, precoal filter, microstaining, vacum filter, saringan pasir, penyerapan
dengan karbon aktif, pengurangan besi dan mangan, dan osmosis bolak-balik.
Penggunaan langkah tersier jarang dilakukan pada fasilitas pengolahan
limbah. Hal ini karenakan biaya operasional yang diperlukan untuk melakukan
proses pengolahan tersier cenderung tinggi sehingga tidak ekonomis.
4. Desinfeksi
(Desinfection)
Metode Desinfeksi atau biasa disebut dengan pembunuhan kuman
bertujuan untuk membunuh atau mengurangi mikroorganisme patogen yang terkandung
di limbah cair. Mekanisme desinfeksi dapat secara kimia, yaitu dengan mencampur
senyawa atau zat tertentu, atau dengan perlakuan fisik. Dalam menentukan
senyawa untuk membunuh mikroorganisme, terdapat beberapa hal yang perlu
diperhatikan, yaitu :
- Daya racun zat
- Waktu kontak yang diperlukan
- Efektivitas zat
- Kadar dosis yang digunakan
- Tidak boleh bersifat toksik terhadap manusia dan hewan
- Tahan terhadap air
- Biayanya murah
Contoh pengolahan atau metode desinfeksi pada limbah cair
adalah penambahan klorin (klorinasi), penyinaran dengan ultraviolet(UV), atau
dengan ozon (O?).
Langkah desinfeksi terhadap limbah cair biasanya dilakukan
setelah langkah-langkah pengolahan limbah selesai, yaitu setelah pengolahan
primer, sekunder atau tersier, sebelum limbah dibuang ke lingkungan.
5. Pengolahan
Lumpur (Slude Treatment)
Pada tahapan-tahapan pengolahan limbah cair, baik primer,
sekunder, maupun tersier, akan menghasilkan endapan polutan berbentuk lumpur.
Lumpur tersebut tidak bisa secara langsung dibuang, melainkan haru melalui
proses lebih lanjut. Endapan lumpur sisa atau hasil dari pengolahan limbah cair
biasanya akan diolah lebih lanjut secara aerob (anaerob digestion), kemudian dialirkan
ke beberapa alternatif, yaitu dibuang ke laut atau ke lahan pembuangan
(landfill), dijadikan pupuk kompos, atau dibakar (incinerated).